Langsung ke konten utama

Sejarah Perkembangan Psikologi

Manfaat Mengetahui Sejarah Perkembangan Psikologi

  1. Mendapat pemahaman mendalam mengenai teori-teori para ahli sebelumnya;
  2. Mendapatkan ide-ide dari apa yang telah dilakukan oleh para ahli sebelumnya;
  3. Menghindari kesalahan yang telah dilakukan oleh para ahli sebelumnya.

Rangkaian Sejarah Perkembangan Psikologi

    Ide pemikiran tentang psikologi (cara berpikir; proses mental; dsb.) sudah ada sejak 15.000 tahun yang lalu. Hanya saja, pada saat itu, belum ada istilah “psikologi”.

Masa Awal Zaman Yunani Kuno

        Karakteristik masyarakat pada zaman ini, yaitu:

  1. Animisme (percaya bahwa segala benda di dunia ini hidup) dan antropomorfisme (percaya bahwa semua binatang, tumbuhan, maupun benda mati memiliki karakter manusia).
  2. Percaya pada hal-hal magis.
  3. Penasaran dengan "siapa mereka" sebenarnya, dan mencari tahu dasar/penyebab/alasan atas segala tindakan/perilaku.

    Di zaman ini, mulai bermunculan filsuf-filsuf yang membuka perkembangan psikologi.

               Thales - The Father of Philosophy (627-547 SM)

Thales menekankan penjelasan alamiah, serta meredam penjelasan supranatural. Ia percaya bahwa segala sesuatu di alam semesta ini terbentuk atas substansi alam, serta diatur oleh hukum alam.

                Socrates (470-399 SM)

Socrates menentang kaum Sofis yang beranggapan bahwa tidak ada satupun kebenaran yang mutlak. Menurutnya, sekalipun terdapat banyak perbedaan pendapat antar-orang, namun pasti konsepnya sama atau berkaitan. Oleh sebab itu, Socrates mengembangkan prinsip penalaran induktif yang menghasilkan esensi/inti, sehingga kemudian melahirkan suatu konsep yang dapat dipakai secara umum/universal.

                Hippocrates - The Father of Modern Medicine (460-377 SM)

Hippocrates menjadi salah satu orang pertama yang menganggap bahwa penyakit bukan hanya dari fisik saja, melainkan juga dari gangguan mental. Menurutnya, semua penyakit (mental maupun fisik) diakibatkan oleh faktor-faktor alamiah seperti kerentanan terhadap penyakit bawaan atau yang diwariskan, cedera tubuh –terlebih pada otak, dan ketidakseimbangan cairan tubuh.

                Plato (427-347 SM)

Plato mengembangkan konsep "idea" dimana segala sesuatu yang ada pada dunia empiris merupakan wujud dari sebuah bentuk murni (idea) yang muncul dalam wujud abstrak. Ia juga menggambarkan hubungan-hubungan antara objects (objek), states of mind (keadaan pikiran), intelligible world (dunia pemikiran), dan world of appearances (dunia fisik), sehingga menciptakan tingkatan-tingkatan pemahaman, yang kemudian ia perjelas melalui sebuah kiasan tentang goa (Allegory of Cave).

Mengenai konsep jiwa, Plato berpendapat bahwa jiwa terdiri atas the rational component (komponen rasional) yang abadi, the courageous (keberanian; emosional atau semangat), dan the appetitive (nafsu). Kadar komponen-komponen tersebut kemudian menciptakan keberagaman karakter pada manusia.

                Aristoteles (384-322 SM)

Aristoteles percaya bahwa segala sesuatu ada atas tujuan tertentu (teleologi). Menurutnya, untuk mengetahui apapun, kita harus memahami 4 aspek utama:

1.                   Material Cause -> bahan atau hal-hal yang membentuk sesuatu.

Contoh: kayu sebagai bahan pembuatan kursi

2.                   Formal Cause -> susunan atau pola tertentu yang menghasilkan sebuah bentuk.

Contoh: desain model kursi

3.                   Efficient Cause -> kekuatan atau perlakuan yang mengubah suatu bahan menjadi bentuk tertentu.

Contoh: perlakuan tukang kayu ketika membentuk kayu

4.                   Final Cause -> tujuan dari apapun yang ada.

Contoh: kayu yang kemudian dijadikan sebagai tempat duduk atau sebagai penghias ruangan

Aristoteles membagi jiwa menjadi 3 tipe:

1.       A Vegetative (or Nutritive) Soul -> dikuasai oleh tanaman.

Hanya dapat bertumbuh, menyerap makanan, dan bereproduksi.

2.       A Sensitive Soul -> dikuasai oleh hewan.

Responsif terhadap lingkungan, dapat merasakan kepuasan dan kesakitan, serta memiliki ingatan.

3.       A Rational Soul -> dikuasai oleh manusia.

Memiliki seluruh karakter Vegetatif Soul dan Sensitive Soul, serta ditambah dengan kemampuan berpikir secara rasional.

Aristoteles mencetuskan Law of Association sebagai landasan hukum mengenai Memory and Recall.

1.                   Contiguity -> keadaan dimana ketika kita memikirkan suatu hal, kita cenderung memikirkan hal-hal lain yang pernah kita alami bersamaan dengan hal tersebut.

2.                   Similarity -> keadaan dimana ketika kita memilikirkan suatu hal, kita cenderung memikirkan hal-hal yang mirip dengan hal tersebut.

3.                   Contrast -> keadaan dimana ketika kita memilikirkan suatu hal, kita cenderung memikirkan hal-hal yang bertentangan dengan hal tersebut.

4.                   Frequency -> keadaan dimana, secara umum, semakin sering kita mengalami hal-hal yang terjadi bersamaan, maka semakin kuat hubungan antara hal-hal tersebut.

            Menurut Aristoteles, remembering terjadi secara spontan dimana kita mengumpulkan dan menyatukan seluruh informasi atas pengalaman yang pernah kita rasakan, sedangkan recall terjadi dengan melibatkan pencarian keadaan mental –atau apa yang kita rasakan ketika pengalaman tersebut terbentuk.

            Selain itu, Aristoteles juga sudah memulai mencetuskan teori-teori mengenai kesadaran, imajinasi, mimpi, motivasi, emosi.

 

     Romawi Kuno (Masa Setelah Aristoteles: Pencarian Kehidupan yang Baik)

                   Skeptisme –dianggap dicetuskan oleh Pyrrho of Elis (360-270 SM)

                   Skeptis merupakan suatu sikap yang selalu mempertanyakan kebenaran dari pernyataan-pernyataan yang ada. Kaum skeptisme tidak pernah memakai sudut pandang yang satu. Mereka selalu menggunakan beberapa sudut pandang dalam menilai suatu hal. Namun, bukan berarti mereka menentang filsuf-filsuf lain.

                   Sinisme –dicetuskan oleh Antisthenes (445-365 SM)

                   Sinis merupakan suatu sikap yang selalu menganggap orang lain lebih buruk. Kaum sinisme berfokus untuk hidup simple, dan menurut keinginan mereka saja. Menurut mereka, segala hal di dunia ini tidak ada yang pasti, sehingga percuma untuk mempercayai hal-hal tersebut. 

                   Stoikisme –diajarkan oleh Zeno of Citium (335-263 SM)

                   Stoikisme merupakan aliran dengan prinsip hidup yang berlapang dada. Menurut kaum stoikisme, apapun yang terjadi di dunia ini telah diatur oleh rencana Tuhan dan dengan tujuan tertentu. Mereka menerima apapun yang terjadi kepada mereka dengan positive thinking, sesuatu yang baik maupun yang buruk.

 

Masa Pengaruh Islam dan Yahudi

                Avicenna (980-1037)

         Avicenna mengembangkan pengobatan untuk penyakit-penyakit fisik dan mental pada masanya. Selain itu, ia juga melakukan analisis mengenai cara berpikir manusia. Dimulai dari lima indra eksternal, hingga tujuh indera internal.

                Kemudian dilanjutkan oleh Averroes (1126-1198), Maimonides (1135-1204), berbagai filsuf lainnya.

 

Zaman Renaissance

                Dimana masyarakat mulai berpusat pada pemahaman tentnag manusia, disertai dengan corak-corak agama. Contoh tokohnya, yaitu:

                Rene Descartes (1596-1650)

                Descartes menuliskan penjelasan tentang refleks (hubungan stimulus dengan respons; perilaku), tidur dan mimpi (kesadaran), serta hubungan antara pikiran dan tubuh. Menurutnya, apapun yang kita pikirkan dapat memengaruhi tubuh, serta apapun yang terjadi pada tubuh kita dapat memengaruhi cara kita berpikir. Interaksi antara pikiran dan tubuh ini diatur oleh otak.

 

Masa Kemunculan Istilah Psikologi oleh Wilhelm Wundt (1832-1920)

                Istilah Psikologi akhirnya muncul pada tahun 1879, dan kemudian dianggap sebagai ilmu pengetahuan. Psikologi ditetapkan dengan didirikannya laboratorium psikologi formal pertama di Universitas Leipzid, Jerman.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perkembangan Awal dalam Fisiologi dan Tumbuhnya Psikologi Eksperimen

  Fisiologi sendiri merupakan cabang ilmu yang berfokus pada fungsi-fungsi bagian tubuh manusia. Namun pada awal perkembangannya, fisiologi ini lebih berfokus pada sensasi dan persepsi, serta kaitannya dengan sistem saraf dan alat indera. Ini bermula dari perbedaan catatan tentang waktu perlintasan suatu bintang antara milik Nevil Maskelyne dan milik asistennya -David Kinnebrook. Lalu sekitar 20 tahun setelahnya, Friedrich Bessel (1784-1846) -seorang astronom Jerman menyadari bahwa kesalahan ini bukan terjadi akibat ketidakcakapan dalam mengukur, melainkan karena adanya perbedaan yang tidak disengaja antara para pengamat. Inilah yang kemudian disebut sebagai discrepancy.   Discrepancy between Objective and Subjective Reality                 Sebelumnya, discrepancy ini secara tidak langsung sudah dibahas oleh Galileo dan Locke melalui teori mereka mengenai primary and secondary qualities. Kemudia...

Perspektif Biologi

            Sistem saraf adalah suatu susunan kompleks sel-sel yang membawa informasi ke dan dari seluruh bagian tubuh. Cabang ilmu yang mempelajari sistem saraf ini adalah neurosains. Sedangkan psikologi biologis atau neurosains behavior merupakan cabang neurosains yang lebih fokus pada dasar-dasar biologis dalam proses-proses psikologis, tingkah laku, dan pembelajaran. A. Neuron dan Saraf             Neuron adalah sel khusus yang ada pada sistem saraf yang bertugas untuk menerima dan mengirimkan sinyal. Neuron memiliki beberapa bagian, yaitu: 1)       Badan sel ( soma cell ) yang berfungsi untuk mempertahankan keberlangsungan sel dan neuron (Cicarelli & White, 2017). Badan sel tersusun atas: a)       Satu nukleus tunggal, nukleolus yang menonjol dan organel lain, seperti badan golgi dan mitokondria. b)  ...

Psikologi Gestalt dan Kognitif

 Gestalt Psychology Antecedents of Gestalt Psychology Psikologi Gestalt (Jerman: ‘keseluruhan’) lahir hampir bersamaan dengan kemunculan behaviorisme. Psikologi Gestalt ini menolak program eksperimen Wundt yang melakukan pencarian tentang elemen-elemen kesadaran. Berbeda dengan para behavioris yang berfokus menyerang studi tentang kesadaran asosiasi metode introspeksi, psikologi Gestalt lebih berfokus pada elementisme Wundt. Menurut mereka, kesadaran tidak dapat direduksi ke dalam elemen-elemen tanpa mengurangi makna asli dari pengalaman kesadaran. Bagi mereka, investigasi mengenai pengalaman kesadaran melalui metode introspeksi adalah bagian esensial dari psikologi, namun tipe pengalaman kesadaran yang diinvestigasi oleh Wundt dan para struktualis U.S. adalah tiruan. Mereka yakin bahwa apapun yang kita alami/rasakan tidak hanya pada potongan-potongan tertentu saja, melainkan pada konfigurasi yang utuh dan penuh makna. Kita bukan melihat potongan-potongan warna, melainkan kita meli...