Manfaat Mengetahui Sejarah Perkembangan Psikologi
- Mendapat pemahaman mendalam mengenai teori-teori para ahli sebelumnya;
- Mendapatkan ide-ide dari apa yang telah dilakukan oleh para ahli sebelumnya;
- Menghindari kesalahan yang telah dilakukan oleh para ahli sebelumnya.
Rangkaian Sejarah Perkembangan Psikologi
Ide pemikiran tentang psikologi (cara
berpikir; proses mental; dsb.) sudah ada sejak 15.000 tahun yang lalu. Hanya
saja, pada saat itu, belum ada istilah “psikologi”.
Masa Awal Zaman Yunani Kuno
Karakteristik masyarakat pada zaman ini, yaitu:
- Animisme (percaya bahwa segala benda di dunia ini hidup) dan antropomorfisme (percaya bahwa semua binatang, tumbuhan, maupun benda mati memiliki karakter manusia).
- Percaya pada hal-hal magis.
- Penasaran dengan "siapa mereka" sebenarnya, dan mencari tahu dasar/penyebab/alasan atas segala tindakan/perilaku.
Di zaman ini, mulai bermunculan
filsuf-filsuf yang membuka perkembangan psikologi.
Thales
- The Father of Philosophy (627-547
SM)
Thales
menekankan penjelasan alamiah, serta meredam penjelasan supranatural. Ia
percaya bahwa segala sesuatu di alam semesta ini terbentuk atas substansi alam,
serta diatur oleh hukum alam.
Socrates (470-399 SM)
Socrates
menentang kaum Sofis yang beranggapan bahwa tidak ada satupun kebenaran yang
mutlak. Menurutnya, sekalipun terdapat banyak perbedaan pendapat antar-orang,
namun pasti konsepnya sama atau berkaitan. Oleh sebab itu, Socrates
mengembangkan prinsip penalaran induktif yang menghasilkan esensi/inti,
sehingga kemudian melahirkan suatu konsep yang dapat dipakai secara
umum/universal.
Hippocrates - The Father of Modern Medicine (460-377 SM)
Hippocrates
menjadi salah satu orang pertama yang menganggap bahwa penyakit bukan hanya
dari fisik saja, melainkan juga dari gangguan mental. Menurutnya, semua
penyakit (mental maupun fisik) diakibatkan oleh faktor-faktor alamiah seperti
kerentanan terhadap penyakit bawaan atau yang diwariskan, cedera tubuh
–terlebih pada otak, dan ketidakseimbangan cairan tubuh.
Plato (427-347 SM)
Plato
mengembangkan konsep "idea" dimana segala sesuatu yang ada pada dunia
empiris merupakan wujud dari sebuah bentuk murni (idea) yang muncul dalam wujud
abstrak. Ia juga menggambarkan hubungan-hubungan antara objects (objek), states of
mind (keadaan pikiran), intelligible
world (dunia pemikiran), dan world of
appearances (dunia fisik), sehingga menciptakan tingkatan-tingkatan
pemahaman, yang kemudian ia perjelas melalui sebuah kiasan tentang goa (Allegory of Cave).
Mengenai
konsep jiwa, Plato berpendapat bahwa jiwa terdiri atas the rational component (komponen rasional) yang abadi, the courageous
(keberanian; emosional atau semangat), dan the
appetitive (nafsu). Kadar komponen-komponen
tersebut kemudian menciptakan keberagaman karakter pada manusia.
Aristoteles (384-322 SM)
Aristoteles
percaya bahwa segala sesuatu ada atas tujuan tertentu (teleologi). Menurutnya, untuk
mengetahui apapun, kita harus memahami 4 aspek utama:
1.
Material
Cause -> bahan atau hal-hal yang membentuk sesuatu.
Contoh: kayu sebagai bahan pembuatan kursi
2.
Formal
Cause -> susunan atau pola tertentu yang menghasilkan sebuah bentuk.
Contoh: desain model kursi
3.
Efficient
Cause -> kekuatan atau perlakuan yang mengubah suatu bahan menjadi bentuk
tertentu.
Contoh: perlakuan tukang kayu ketika membentuk kayu
4.
Final
Cause -> tujuan dari apapun yang ada.
Contoh:
kayu yang kemudian dijadikan sebagai tempat duduk atau sebagai penghias ruangan
Aristoteles
membagi jiwa menjadi 3 tipe:
1.
A
Vegetative (or Nutritive) Soul -> dikuasai oleh tanaman.
Hanya dapat bertumbuh, menyerap makanan, dan
bereproduksi.
2.
A
Sensitive Soul -> dikuasai oleh hewan.
Responsif terhadap lingkungan, dapat merasakan
kepuasan dan kesakitan, serta memiliki ingatan.
3.
A
Rational Soul -> dikuasai oleh manusia.
Memiliki seluruh karakter Vegetatif Soul dan Sensitive
Soul, serta ditambah dengan kemampuan berpikir secara rasional.
Aristoteles
mencetuskan Law of Association
sebagai landasan hukum mengenai Memory
and Recall.
1.
Contiguity ->
keadaan dimana ketika kita memikirkan suatu hal, kita cenderung memikirkan
hal-hal lain yang pernah kita alami bersamaan dengan hal tersebut.
2.
Similarity ->
keadaan dimana ketika kita memilikirkan suatu hal, kita cenderung memikirkan
hal-hal yang mirip dengan hal tersebut.
3.
Contrast ->
keadaan dimana ketika kita memilikirkan suatu hal, kita cenderung memikirkan
hal-hal yang bertentangan dengan hal tersebut.
4.
Frequency ->
keadaan dimana, secara umum, semakin sering kita mengalami hal-hal yang terjadi
bersamaan, maka semakin kuat hubungan antara hal-hal tersebut.
Menurut Aristoteles, remembering terjadi
secara spontan dimana kita mengumpulkan dan menyatukan seluruh informasi atas
pengalaman yang pernah kita rasakan, sedangkan recall terjadi dengan melibatkan
pencarian keadaan mental –atau apa yang kita rasakan ketika pengalaman tersebut
terbentuk.
Selain itu, Aristoteles juga
sudah memulai mencetuskan teori-teori mengenai kesadaran, imajinasi, mimpi, motivasi,
emosi.
Romawi Kuno (Masa Setelah Aristoteles: Pencarian Kehidupan yang Baik)
Skeptisme –dianggap dicetuskan oleh Pyrrho
of Elis (360-270 SM)
Skeptis
merupakan suatu sikap yang selalu mempertanyakan kebenaran dari pernyataan-pernyataan
yang ada. Kaum skeptisme tidak pernah memakai sudut pandang yang satu. Mereka
selalu menggunakan beberapa sudut pandang dalam menilai suatu hal. Namun, bukan
berarti mereka menentang filsuf-filsuf lain.
Sinisme –dicetuskan
oleh Antisthenes (445-365 SM)
Sinis merupakan
suatu sikap yang selalu menganggap orang lain lebih buruk. Kaum sinisme berfokus
untuk hidup simple, dan menurut
keinginan mereka saja. Menurut mereka, segala hal di dunia ini tidak ada yang
pasti, sehingga percuma untuk mempercayai hal-hal tersebut.
Stoikisme –diajarkan oleh Zeno of Citium
(335-263 SM)
Stoikisme
merupakan aliran dengan prinsip hidup yang berlapang dada. Menurut kaum
stoikisme, apapun yang terjadi di dunia ini telah diatur oleh rencana Tuhan dan
dengan tujuan tertentu. Mereka menerima apapun yang terjadi kepada mereka
dengan positive thinking, sesuatu
yang baik maupun yang buruk.
Masa Pengaruh Islam dan Yahudi
Avicenna (980-1037)
Avicenna mengembangkan
pengobatan untuk penyakit-penyakit fisik dan mental pada masanya. Selain itu,
ia juga melakukan analisis mengenai cara berpikir manusia. Dimulai dari lima
indra eksternal, hingga tujuh indera internal.
Kemudian dilanjutkan oleh
Averroes (1126-1198), Maimonides (1135-1204), berbagai filsuf lainnya.
Zaman Renaissance
Dimana masyarakat mulai berpusat
pada pemahaman tentnag manusia, disertai dengan corak-corak agama. Contoh
tokohnya, yaitu:
Rene Descartes (1596-1650)
Descartes menuliskan penjelasan
tentang refleks (hubungan stimulus dengan respons; perilaku), tidur dan mimpi
(kesadaran), serta hubungan antara pikiran dan tubuh. Menurutnya, apapun yang
kita pikirkan dapat memengaruhi tubuh, serta apapun yang terjadi pada tubuh
kita dapat memengaruhi cara kita berpikir. Interaksi antara pikiran dan tubuh
ini diatur oleh otak.
Masa Kemunculan Istilah Psikologi oleh Wilhelm Wundt (1832-1920)
Istilah Psikologi akhirnya muncul pada
tahun 1879, dan kemudian dianggap sebagai ilmu pengetahuan. Psikologi
ditetapkan dengan didirikannya laboratorium psikologi formal pertama di
Universitas Leipzid, Jerman.
Komentar
Posting Komentar