Gestalt Psychology
Antecedents of Gestalt Psychology
Psikologi Gestalt (Jerman: ‘keseluruhan’) lahir hampir bersamaan dengan kemunculan behaviorisme. Psikologi Gestalt ini menolak program eksperimen Wundt yang melakukan pencarian tentang elemen-elemen kesadaran. Berbeda dengan para behavioris yang berfokus menyerang studi tentang kesadaran asosiasi metode introspeksi, psikologi Gestalt lebih berfokus pada elementisme Wundt. Menurut mereka, kesadaran tidak dapat direduksi ke dalam elemen-elemen tanpa mengurangi makna asli dari pengalaman kesadaran. Bagi mereka, investigasi mengenai pengalaman kesadaran melalui metode introspeksi adalah bagian esensial dari psikologi, namun tipe pengalaman kesadaran yang diinvestigasi oleh Wundt dan para struktualis U.S. adalah tiruan. Mereka yakin bahwa apapun yang kita alami/rasakan tidak hanya pada potongan-potongan tertentu saja, melainkan pada konfigurasi yang utuh dan penuh makna. Kita bukan melihat potongan-potongan warna, melainkan kita melihat hasil bentukan dari kumpulan warna-warna tersebut –yaitu manusia, mobil, pohon, awan, dsb.
Para ahli Gestalt menggunakan molar approach dalam mempelajari kesadaran dengan menitikberatkan pengelaman fenomologis. Fenomena sendiri artinya, yaitu ‘yang tampil/muncul’, atau ‘yang diberikan’. Jadi, fenomologi yang digunakan para ahli Gestalt mempelajari apapun yang muncul secara natural dalam sadar.
Awal mula kemunculan Psikologi Gestalt didukung oleh:
1. Immanuel Kant (1724–1804) yang juga yakin bahwa ada perbedaan utama antara persepsi dan sensasi. The mind yang diusung Kant sama dengan the brain yang disebut oleh para ahli Gestalt.
2. Ernst Mach (1838–1916) yang menciptakan poin penting bahwa keberagaman elemen sensoris dapat memberikan persepsi yang sama, sehingga setidaknya ada beberapa persepsi yang independen.
3. Christian von Ehrenfels (1859–1932) yang yakin bahwa elemen-elemen sensasi kerap kali berkombinasi menciptakan suatu bentuk pengalaman. Namun baginya, elemen masih cukup berguna dalam menentukan persepsi.
4. William James (1842–1910) yang menitikberatkan aliran kesadaran sebagai objek pemeriksaan psikologis.
5. Act Psychology
6. Pengembangan Fisika
The Founding of Gestalt Psychology
Max Wertheimer (1880–1943)
Wertheimer menjadi salah satu pendiri aliran psikologi Gestalt, bersama dengan 2 tokoh lainnya. Ia mengemukakan konsep phi phenomenon, yaitu ilusi persepsi optik dimana kita merasakan adanya gerakan suatu objek yang sebenarnya diam. Wertheimer selanjutnya melakukan eksperimen dengan alat stroboskop.
Kurt Koffka (1886–1941)
Koffka mempublikasikan artikel “Perception: An Introduction to Gestalt-Theorie” dengan maksud untuk meluruskan asumsi para psikolog U.S. yang menganggap bahwa aliran Gestalt hanya menitikberatkan teori pada persepsi. Padahal, selain persepsi, aliran Gestalt juga berfokus pada proses pembelajaran dan proses berpikir.
Wolfgang Köhler (1887–1967)
Köhler melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran alamiah pada simpanse di Tenerife. Hasil pengamatannya ini ia tuliskan ke dalam buku Mentality of Apes (1925). Dalam eksperimennya, Köhler menguji simpanse dengan pisang yang ia gantung di atas sangkar, dimana di dalam sangkar tersebut terdapat berbagai kotak. Awalnya, simpanse tersebut hanya mencoba meraih pisang tersebut dengan melompat. Namun, karena tidak kunjung berhasil, simpanse tersebut terdiam sejenak. Dan yang mengejutkan, simpanse tersebut tiba-tiba berdiri, lalu menyusun kotak-kotak yang ada menjadi tangga. Akhirnya, simpanse tersebut pun berhasil meraih pisang yang digantung itu.
Perceptual Gestalten
The Figure-Ground Relationship
Menurut Edgar Rubin (1886–1951), jenis terdasar dari persepsi dibagi menjadi 2 bagian: the figure –yang jelas dan menyatu, serta menjadi objek perhatian; dan the ground –yang tersebar dan mengandung apapun yang tidak difokuskan atau yang tidak dituju.
Gestalt Principles of Perceptual Organization
Sebagai penjelasan tambahan dari The Figure-Ground Relationship, para ahli Gestalt menambahkan prinsip-prinsip mendukung:
1. Principle of continuity
2. Principle of proximity
3. Principle of inclusiveness
4. Principle of similarity
5. Principle of closure
Subjective and Objective Reality
Para ahli Gestalt yakin bahwa otaklah yang mengolah informasi sensorik dan menyusunnya menjadi konfigurasi, yang membuat kita sadar, dan yang mempengaruhi tindakan kita setiap saat. Dengan demikian, otak memegang peranan lebih besar daripada dunia fisik. Ini selanjutnya digunakan Koffka untuk membedakan the geographical environment (sebagai lingkungan fisik) dengan the behavioral environment (sebagai interpretasi subjektif dari geographical environment).
The Gestalt Explanation of Learning
Cognitive Trial and Error
Sebagaimana the law of Prägnanz, para ahli Gestalt yakin bahwa aktivitas otak cenderung ke arah kondisi seimbang atau setimbang. Kecenderungan ini tetap menuju kesetimbangan, kecuali jika ada yang mengganggu –seperti suatu permasalahan. Ketidaksetimbangan akan tetap terjadi hingga masalah tersebut terselesaikan. Para ahli Gestalt yakin, bahwa masalah tersebut mengaktivasi organisme terus-menerus hingga mereka berhasil menyelesaikan masalah. Umumnya, mereka akan mencoba penyelesaian secara perseptual dengan mengamati lingkungannya, dan secara kognitif mencoba salah satu solusi yang paling memungkinkan. Jika gagal, mereka akan terus mencoba hingga ada solusi terbaik yang dapat menyelesaikan masalah tersebut. Dengan ini, cognitive trial and error berbeda dengan behavioral trial and error.
Insightful Learning
Köhler mencatat bahwa ketika organisme mencari solusi permasalahan, mereka terlihat menimbang kondisi/situasi di sekelilingnya, lalu membuat hipotesis-hipotesis yang mungkin terjadi. Mereka kelak mendapat suatu wawasan atau pencerahan yang menjadi landasan mereka dalam bertindak/berperilaku.
Menurut para ahli Gestalt, insightful learning lebih diidamkan daripada pembelajaran yang tercapai melalui hafalan atau melalui behavioral trial and error.
Transposition
Para ahli Gestalt menganggap bahwa organisme tidak mempelajari respons spesifik untuk situasi spesifik, melainkan mereka mempelajari prinsip-prinsip atau hubungan-hubungannya. Sekali mereka mempelajari prinsip tersebut, mereka akan menggunakannya untuk situasi yang serupa.
Selain itu, para ahli Gestalt juga membahas mengenai productive thinking dan memory.
Cognitive Psychology
Cognitive psychology mencakup topik mengenai ingatan, formasi konsep, atensi, penalaran, pemecahan masalah, mental imagery, penilaian, dan bahasa.
Perkembangan Psikologi Kognitif sebelum 1950:
1. J. S. Mill (1843/1988) yang mengawali psikologi sebagai ilmu eksperimental, serta mengembangkannya.
2. Fechner (1860/1966) yang mengikuti langkah Mill dan kemudian mempelajari pengalaman kognitif secara eksperimental.
3. Ebbinghaus (1885/1964)) yang berada di bawah pengaruh Fechner, dan melakukan studi mengenai pembelajaran dan ingatan secara eksperimental.
4. William James “The Principles of Psychology” (1890/1950) yang mengutip riset besar mengenai kognitif dan mengusulkan banyak kemungkinan untuk riset tambahan.
5. Sir Frederic Charles Bartlett (1886–1969) “Remembering: A Study in Experimental and Social Psychology (1932)“ yang menyatakan bahwa ingatan lebih dipengaruhi oleh pokok dan skema kognitif-personal daripada oleh mechanical laws of association.
6. Jean Piaget (1896–1980) yang mempublikasikan riset mengenai perkembangan intelektual.
Dst.
Komentar
Posting Komentar